A.
Peran perawatan dan
Perbaikan mesin dalam suatu industri
1.
Pengertian perawatan
dan perbaikan mesin
Teknik Perawatan
Mesin Industri adalah sesuatu system kegiatan untuk menjaga, memelihara,
mempertahankan, mengembangkan dan memaksimalkan daya guna dari segala sarana
yang ada di dalam suatu bengkel atau industri sehingga modal/investasi yang
ditanam dapat berhasil guna dan berdaya guna tinggi secara ekonomis. Ruang
lingkup perawatan sangat tergantung dari besarnya/banyaknya sarana dan
prasarana dalam suatu lembagan, institusi, industri/perusahaan serta di
pengaruhi oleh kebijakan-kebijakan tertentu. Fungsi perawatan adalah
menyelenggarakan teknik-teknik pemeliharaan dan perlindungan dari segala macam
kegiatan produksi, non produksi yang ada dalam lembaga,
intitusi,perusahaan tersebut.
2. Peran
perawatan dan perbaikan dalam system kesiapan fasilitas
2.1 Dibentuknya bagian perawatan dalam
suatu perusahaan industri dengan tujuan :
1. Agar mesin-mesin industri, bangunan, dan
peralatan lainnya selalu dalam keadaan siap pakai secara optimal.
2. Untuk menjamin
kelangsungan produksi sehingga dapat membayar kembali modal
yang telah ditanamkan
dan akhirnya akan mendapatkan keuntungan yang besar.
2.2 Peranan Perawatan pada industri
Di Industri dikenal
suatu sistem yang memproses dan mengolah bahan baku (Input) menjadi bahan jadi
(Output) secara terus-menerus dan berkesinambungan, Sistem tersebut biasa
dikenal dengan istilah Proses Produksi. Suatu produk atau hasil produksi
diharapkan dapat memenuhi standar kualitas yang baik dengan biaya produksi
relatif murah dan dapat menjangkau konsumen dalam waktu yang cepat. Agar hal
tersebut dapat terwujud maka proses produksi harus didukung oleh
peralatan-peralatan yang siap bekerja setiap saat dan memiliki kehandalan.
Untuk mencapai hal itu maka peralatan-peralatan tersebut harus terjaga dan
terpelihara, maka dari itu harus dilakukan upaya-upaya perawatan secara teratur
dan terencana.
Berdasarkan
uraian singkat diatas menunjukkan bahwa :
1. Perawatan
memiliki hubungan erat dengan proses produksi.
2. Perawatan
sebagai pendukung dalam proses produksi.
3. Perawatan
menjaga efisiensi dan efektifitas peralatan produksi.
4. Dengan
Perawatan, terjaganya kualitas produksi dengan biaya murah dan menjangkau
konsumen dengan cepat.
B. Klasifikasi
dan jenis perawatan
Dalam
istilah perawatan disebutkan bahwa disana tercakup dua pekerjaan yaitu istilah
“perawatan” dan “perbaikan”. Perawatan dimaksudkan sebagai aktifitas untuk
mencegah kerusakan, sedangkan istilah perbaikan dimaksudkan sebagai tindakan
untuk memperbaiki kerusakan. Secara umum, ditinjau dari saat pelaksanaan
pekerjaan perawatan, dapat dibagi menjadi dua cara:
1. Perawatan
yang direncanakan (Planned Maintenance).
2. Perawatan yang tidak direncanakan (Unplanned
Maintenance).
Bentuk-bentuk Perawatan
1. Perawatan
Preventif (Preventive Maintenance) Adalah pekerjaan perawatan yang bertujuan
untuk mencegah terjadinya kerusakan, atau cara perawatan yang direncanakan
untuk pencegahan (preventif). Ruang lingkup pekerjaan preventif termasuk:
inspeksi, perbaikan kecil, pelumasan dan penyetelan, sehingga peralatan atau
mesin-mesin selama beroperasi terhindar dari kerusakan.
2. Perawatan
Korektif Adalah pekerjaan perawatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kondisi fasilitas/peralatan sehingga mencapai standar yang dapat
diterima. Dalam perbaikan dapat dilakukan peningkatan-peningkatan sedemikian
rupa, seperti melakukan perubahan atau modifikasi rancangan agar peralatan
menjadi lebih baik.
3. Perawatan
Berjalan Dimana pekerjaan perawatan dilakukan ketika fasilitas atau peralatan
dalam keadaan bekerja. Perawatan berjalan diterapkan pada peralatan-peralatan
yang harus beroperasi terus dalam melayani proses produksi.
4. Perawatan
Prediktif Perawatan prediktif ini dilakukan untuk mengetahui terjadinya
perubahan atau kelainan dalam kondisi fisik maupun fungsi dari sistem
peralatan. Biasanya perawatan prediktif dilakukan dengan bantuan panca indra
atau alat-alat monitor yang canggih.
5. Perawatan
setelah terjadi kerusakan (Breakdown Maintenance) Pekerjaan perawatan dilakukan
setelah terjadi kerusakan pada peralatan, dan untuk memperbaikinya harus
disiapkan suku cadang, material, alat-alat dan tenaga kerjanya.
6. Perawatan
Darurat (Emergency Maintenance) Adalah pekerjaan perbaikan yang harus segera
dilakukan karena terjadi kemacetan atau kerusakan yang tidak terduga.
Disamping jenis-jenis
perawatan yang telah disebutkan diatas, terdapat juga beberapa jenis pekerjaan
lain yang bisa dianggap merupakan jenis pekerjaan perawatan seperti:
1. Perawatan
dengan cara penggantian (Replacement instead of maintenance) Perawatan
dilakukan dengan cara mengganti peralatan tanpa dilakukan perawatan, karena
harga peralatan pengganti lebih murah bila dibandingkan dengan biaya
perawatannya. Atau alasan lainnya adalah apabila perkembangan teknologi sangat
cepat, peralatan tidak dirancang untuk waktu yang lama, atau banyak komponen
rusak tidak memungkinkan lagi diperbaiki.
2. Penggantian
yang direncanakan (Planned Replacement) Dengan telah ditentukan waktu mengganti
peralatan dengan peralatan yang baru, berarti industri tidak memerlukan waktu
lama untuk melakukan perawatan, kecuali untuk melakukan perawatan dasar yang
ringan seperti pelumasan dan penyetelan. Ketika peralatan telah menurun
kondisinya langsung diganti dengan yang baru. Cara penggantian ini mempunyai
keuntungan antara lain, pabrik selalu memiliki peralatan yang baru dan siap
pakai.
Istilah-istilah yang
umum dalam perawatan:
1. Availability:
Perioda waktu dimana fasilitas/peralatan dalam keadaan siap untuk
dipakai/dioperasikan.
2. Downtime:
Perioda waktu dimana fasilitas/peralatan dalam keadaan tidak
dipakai/dioperasikan.
3. Check:
Menguji dan membandingkan terhadap standar yang ditunjuk.
4. Facility
Register Alat pencatat data fasilitas/peralatan, istilah lain bisa juga disebut
inventarisasi peralatan/fasilitas.
5. Maintenance
management: Organisasi perawatan dalam suatu kebijakan yang sudah disetujui
bersama.
6. Maintenance
Schedule: Suatu daftar menyeluruh yang berisi kegiatan perawatan dan
kejadian-kejadian yang menyertainya.
7. Maintenance
planning: Suatu perencanaan yang menetapkan suatu pekerjaan serta metoda,
peralatan, sumber daya manusia dan waktu yang diperlukan untuk dilakukan dimasa
yang akan datang.
8. Overhaul:
Pemeriksaan dan perbaikan secara menyeluruh terhadap suatu fasilitas atau
bagian dari fasilitas sehingga mencapai standar yang dapat diterima.
9. Test:
Membandingkan keadaan suatu alat/fasilitas terhadap standar yang dapat
diterima.
10. User:
Pemakai peralatan/fasilitas.
11. Owner:
Pemilik peralatan/fasilitas.
12. Vendor:
Seseorang atau perusahaan yang menjual peralatan/perlengkapan, pabrik-pabrik
dan bangunan-bangunan.
13. Trip:
Mati sendiri secara otomatis (istilah dalam listrik).
14. Shut-in:
Sengaja dimatikan secara manual (istilah dalam pengeboran minyak).
15. Shut-down:
Mendadak mati sendiri / sengaja dimatikan.
C.
Jenis pelumas dan teknik pelumasan
1.
Jenis jenis pelumas
Terdapat berbagai jenis
minyak pelumas. Jenis jenis minyak pelumas dapat dibedakan penggolongannya
berdasarkan bahan dasar (base oil), bentuk fisik, dan tujuan penggunaan.
1. Dilihat dari bentuk
fisiknya :
a. Minyak pelumas
b. Gemuk pelumas
c. Cairan pelumas
2. Dilihat dari bahan
dasarnya :
a. Pelumas dari bahan
nabati
b. Pelumas dari bahan
hewani
c. Pelumas sintetis
3. Dilihat dari
penggunaannya :
a. Pelumas kendaraan
b. Pelumas industri
c. Pelumas perkapalan
d. Pelumas penerbangan
4. Dilihat dari
pengaturannya :
i. Pelumas kendaraan bermotor :
1.
Minyak pelumas motor kendaraan baik motor bensin / Diesel
2.
Minyak pelumas untuk transmisi
3.
Automatic transmission fluid & hydraulic fluid
ii. Pelumas motor
diesel untuk industri :
1.
Motor diesel berputar cepat
2.
Motor diesel berputar sedang
3.
Motor diesel berputar lambat
iii.Pelumas untuk motor
mesin 2 langkah :
1.
Untuk kendaraan bermotor
2.
Untuk perahu motor
3.
Lain lain ( gergaji mesin, mesin pemotong rumput )
iv. Pelumas khusus
Jenis pelumas ini
banyak ragamnya yang penggunaannya sangat spesifik untuk setiap jenis, di
antaranya adalah untuk senjata api, mesin mobil balap, peredam kejut, pelumas
rem, pelumas anti karat, dan lain-lain.
2.
Sifat-sifat pelumas
Sifat-sifat Minyak
Pelumas
a. Umum.
Agar menghasilkan suatu
pelumasan yang baik, maka diperlukan minyak pelumas yang dapat memenuhi
syarat-syarat yang telah ditetapkan sesuai kebutuhan. Beberapa faktor yang
harus dipertimbangkan dalam pemilihan minyak pelumas adalah :
1) Tekanan bantalan
2) Kecepatan pergesekan
3) Bahan yang bergesekan
4) Ruang antara bahan yang bergesekan
5) Aksesabilitas
6) Suhu dan tekanan kerja
b. Viskositas
Viskositas adalah sifat daari suatu
fluida, sebagai gesekan internal, yang menyebabkan fluida tersebut melawan
untuk mengalir.
Angka Viskositas SAE untuk
pelumas motor
Angka viskositas
SAE
|
Rentantang Viskositas, Saybolt seconds
|
|||
Pada suhu 1300F
|
Pada suhu 2100F
|
|||
Min
|
Max
|
Min
|
Max
|
|
10
|
90
|
119
|
||
20
|
120
|
184
|
||
30
|
185
|
254
|
||
40
|
255
|
80
|
||
50
|
80
|
104
|
||
60
|
105
|
124
|
||
70
|
125
|
150
|
c. Viskositas Index
Viskositas index adalah
suatu ukuran perubahan viskositas dari minyak terhadap suhu dibandingkan dengan
dua macam minyak referensi yang
mempunyai viskositas yang sama pada suhu tertentu.
d. Pour Point
Pour point atau suhu
tuang , atau titik tuang ialah suhu terendah dimana minyak dapat mengalir.
e. Flash Point
Flash point atau titik
nyala adalah suhu dimana minyak harus dipanaskan didalam alat percobaan,
sehingga timbul uap yang dapat menyala sebentar bila suatu nyala api kecil
didekatkan pada uap tadi.
Titik nyala minyak
pelumas yang digunakan pada motor berkisar antara 175º C sampai 260º C
tergantung pada penggunaan motor dan jenis minyak pelumasnya.
f. Carbon Residu
Carbon residu ialah
berat sisa dari minyak pelumas yang telah terbakar.
g. Acidity atau Neutralization Number
Acidity atau keasaman
dinyatakan sebagai jumlah dalam milligram dari potassium hydroxide, yang
diperlukan untuk menetralkan suatu gram minyak.
h. Warna
Warna minyak pelumas
berguna hanya untuk tujuan identifikasai, dan bukan menunjukan kualitas suatu
minyak.
3.
Bahan aditif pelumas
Bahan dasar pelumas adalah base oil, yang didapat dari
crude oil (minyak mentah). Tapi tidak semua crude oil bisa diolah menjadi base
oil. Hanya minyak mentah dari jenis parafinik saja yang menghasilkan base oil
untuk bahan dasar pelumas. Sayangnya, minyak mentah jenis ini sangat terbatas
kandungannya di perut bumi.
Untuk mendapatkan pelumas yang sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan mesin, ke dalam base oil ditambahkan aditif. Aditif merupakan senyawa-senyawa kimia (chemical compound) dalam formulasi tertentu yang ditambahkan ke dalam base oil untuk mendapatkan pelumas sesuai spesifikasi yang ditentukan. Komposisi base oil dalam pelumas berkisar 80% dan komposisi aditif sekitar 30%.
Fungsi aditif bermacam-macam, antara lain untuk membersihkan mesin, mengurangi gesekan, meminimalkan keausan, mencegah karat, meningkatkan indeks kekentalan pelumas sehingga pelumas tetap mudah mengalir pada suhu rendah dan tidak encer pada suhu tinggi. Pelumas yang baik sudah mengandung aditif, karenanya pelumas yang baik tidak memerlukan tambahan aditif.
Untuk mendapatkan pelumas yang sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan mesin, ke dalam base oil ditambahkan aditif. Aditif merupakan senyawa-senyawa kimia (chemical compound) dalam formulasi tertentu yang ditambahkan ke dalam base oil untuk mendapatkan pelumas sesuai spesifikasi yang ditentukan. Komposisi base oil dalam pelumas berkisar 80% dan komposisi aditif sekitar 30%.
Fungsi aditif bermacam-macam, antara lain untuk membersihkan mesin, mengurangi gesekan, meminimalkan keausan, mencegah karat, meningkatkan indeks kekentalan pelumas sehingga pelumas tetap mudah mengalir pada suhu rendah dan tidak encer pada suhu tinggi. Pelumas yang baik sudah mengandung aditif, karenanya pelumas yang baik tidak memerlukan tambahan aditif.
4.
Sistem pelumasan mesin
Macam-macam
sistem pelumasan :
1.
Sistem pelumasan
sump kering
Sistem pelumasan motor yang
tidak memanfaatkan karakternya sebagai penampung minyak pelumas, tetapi
menggunakan tanki tersendiri diluar motor.
Minyak pelumas yang jatuh ke dalam sump, selanjutnya dialirkan dengan pompa, melalui sebuah filter, dan dikembalikan lagi ke dalam tangki supply yang terletak diluar dari pada motor tersebut. Pompa ini mempunyai kapasitas yang besar, sehingga dapat Mengosongkan sama sekali sumpnya.
Minyak pelumas yang jatuh ke dalam sump, selanjutnya dialirkan dengan pompa, melalui sebuah filter, dan dikembalikan lagi ke dalam tangki supply yang terletak diluar dari pada motor tersebut. Pompa ini mempunyai kapasitas yang besar, sehingga dapat Mengosongkan sama sekali sumpnya.
Pada umumnya dengan sistem ini di pergunakan juga sebuah oilcooler, baik
yang menggunakan air atau udara sebagai medium pendinginannya untuk keperluan
pendinginan dari pada minyak pelumasnya.
2.
Sistem pelumasan
sump basah
Sistem pelumasan sump basah ialah sistem
pelumasan motor yang memanfaatkan karakternya sebagai penampung minyak pelumas.
Dalam sistem ini, dibagian bawah dari pada karter sebuah piringan (pan)
yang juga merupakan tangki supply dan ada kalanya sebagai alat
pendingin untuk minyak pelumasnya, minyak yang jatuh menetes dari
silinder-silinder dan bantalan-bantalan, kembali ke tempat ini, untuk
selanjutnya dialirkan kembali dengan sebuah pompa minyak kedalam sistem
pelumasanya lagi.
Tipe sistem sump basah yang umum diguunakan
ialah:
a. Sistem
percikan dan sirkulasi pompa
b. Sistem
percikan dan tekanan
c. Sistem
tekanan
Sumber
: